HARI KEDUA DI SAWARNA
Second Day Trip in Sawarna
Sunday morning, jam 04.20 wake up persiapan untuk hunting sunrise ke Karang Taraje. Setelah sholat subuh, jam 04.50 aku berkemas membawa perlengkapan (tas berisi camera, tongsis, HP, air mineral dan biscuit) turun dari homestay. Beberapa motor sudah dipersiapkan untuk mengantar kami ke lokasi tujuan, kami pergi dengan menaiki sepeda motor saling berbonceng. Hari masih gelap, udara terasa dingin dan angin agak kencang. Semua itu tak mengurangi nyali kami untuk menembus kegelapan melalui jalan-jalan yang agak sempit, masuk ke perkampungan penduduk dan setelah 15 menit perjalanan, kami tiba di jalan yang cukup ekstrime. Kami harus menyeberangi jembatan gantung kayu yang sangat sempit, hanya pas selebar sepeda motor dan ketika jembatan kami lalui, jembatan pun bergoyang-goyang kencang. Whoowww butuh keahlian dan keberanian pengendara motor untuk menyeberangi jambatan gantung ini.
Dan ternyata ketika sampai di seberang jembatan tantangan kami belum berakhir, jalan yang harus kami lalui semakin ekstrime. Jalan tanah berbatu-batu besar yang sempit dan sisi sebelah kanan jurang terjal serta jalanan menanjak berbukit-bukit adalah jalur yang harus kami lalui. Ini pertama kali bagiku melalui jalan seperti ini. Ada rasa senang karena pengalama baru yang luar biasa, tetapi ada sedikit rasa cemas juga dengan rintangan-rintangan yang kami hadapi. Butuh kehati-hatian yang ekstra dari pengemudi kendaraan dan ketenangan untuk penumpang di belakang. Sekitar 25 menit jalur ekstrime kami lalui, jam 05.40 kami tiba di Lagoon Pari Beach.
Di Lagoon Pari kami hanya mampir sebentar, tujuan utama kami untuk mendapatkan sunrise di Karang Beureum karena sunrise dapat lebih terlihat jelas, jika di Lagoon Pari matahari agak terhalang oleh bukit dan arahnya tida tepat di sisi pantai.
Pantai ini, perpaduan antara Legon Pari dan Taraje, di pesisir tidak terlalu banyak batu-batu karang, sehingga kita masih bisa aman untuk bermain air. Berjalan sekitar 100 meter ketengah mulai ada barisan karang, yang bentuknya seperti tempat duduk untuk melihat air terjun (air laut yang terhempas kuat ke karang yang tinggi lalu jatuh seperti air terjun). Batuan karang di tengah laut menurut warga sekitar disini adalah batas aman untuk melihat air terjun di Karang Beureum, bentuknya seperti dinding penahan ombak.
Kami bisa berjalan hingga agak ke tengah laut “karena air saat itu masih surut sehingga hamparan karang yang luas masih dapat kami lalui, air hanya setinggi mata kaki.” Tetapi perlu berhati-hati agar tidak terlalu ke tengah laut dikarenakan ombak yang bergulung cukup besar dan langsung mengarah ke lautan lepas. Sekitar 20 menit kami berada disana, matahari mulai muncul di balik bukit, tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan moment sunrise, aku ambil beberapa foto dengan sisi pencahayaan dan background yang terbaik.
Di pinggir pantai terdapat beberapa warung yang menjual kopi, teh, jenis minuman lainnya, mie instan dan beberapa jenis snack ringan. Untuk menyemangati pagi itu, setelah satu jam lebih bermain di air, aku duduk di bangku kayu salah satu kedai kopi. Aku memesan secangkir kopi panas sambil makan snack. Jam 07.20 perjalanan dilanjutkan ke Karang Taraje. Dari kejauhan Pantai Karang Taraje dapat terlihat khas dengan icon pohon condong di atas bukit yang menjorok kea rah pantai.
Pantai Karang Taraje menyajikan pesona alam yang menakjubkan. Di pesisir selatan Banten ini, kita akan menemukan pemandangan ombak menghantam tembok karang yang membentuk air terjun. Tak aneh, Pantai Karang Taraje menjadi lokasi beraktivitas fotografi yang membuat betah.
Dalam bahasa Sunda, taraje memiliki arti tangga. Kata itu menunjuk kepada karang-karang di pantai yang berundak-undak menyerupai tangga. Karang taraje berarti karang tangga. Sebagian besar area Pantai Karang Taraje memang ditutupi karang. Dari hamparan karang membentuk lantai, hingga karang-karang besar berupa tembok-tembok tinggi penahan ombak.
Hempasan ombak menjadi daya tarik utama. Ombak pantai selatan yang tinggi cocok dengan lokasi di Pantai Karang Taraje yang dipenuhi karang yang terhampar luas dan memiliki elevasi yang berbeda-beda. Karang yang tinggi akan melindungi dari hempasan ombak yang tinggi. Suara gelegar ombak Pantai Karang Taraje membuat kita semakin terpesona dengan alam di sekitar sini, tetapi kita tetap harus berhati-hati karena kawasan ini terbilang rawan ombak besar dan batu karang yang licin.
Karena konturnya yang berkarang dan ombaknya yang besar, kita tidak bisa mandi di laut seperti biasa. Tetapi tidak perlu kecewa, karena pemandangan disana sangat luar biasa membuat kita takjub. Bersantai sambil melepas pandang jauh ke arah lautan dan karang-karang raksasa yang unik, dengan ditemani suara ombak yang bergemuruh membuat kita jadi ingin berlama-lama berada disini. Bermain air di kolam karang juga bisa menjadi kegiatan yang cukup menyenangkan. Karang tinggi menjadi tempat yang nyaman untuk berteduh. Di bagian atas karang hijau terdapat pepohonan yang menambah pesona alam Pantai Karang Taraje. Keindahan alam yang tiada tara, pantai ini juga layak dijadikan objek photography bagi wistawan yang senang dengan fotografi karena berbagai objek landscape yang sangat natural bisa jadi objek indah dan sempurna untuk diabadikan.
Sekitar jam 9.40 (sebelum hari menjadi terik) kami beranjak dari Karang Taraje menuju ke Goa Lalay. Lokasi yang menjadi tujuan kami selanjutnya di hari ini. Dengan berkendara sepeda motor berboncengan kami melalui jalanan di tepi pantai dan jalan kecil yang menanjak dan berliku. Masih cukup menantang juga perjalanan menuju ke Goa Lalay. Sekitar 35 menit perjalanan kami tiba di Goa Lalay.
Goa Lalay memiliki jarak kedalaman sekitar 1000 meter, tetapi bagi wisatawan disarankan hanya masuk di kedalaman 200 – 400 meter. Goa ini tergolong unik karena di seluruh permukaan nya terendam air sedalam kurang lebih 45 cm. Air ini berasal dari tetesan di atas goa yang lama kelamaan membentuk batuan stalaktit yang indah di dalam goa. Di dalam goa ini memang terdapat stalaktit dan stalagmite yang menghiasi seisi goa. Karena permukaan goa ini tidak datar maka saat menelusuri goa harus sangat berhati-hati. Permukaan yang kita injak adalah pasir yang di genangi air dan sisi atas banyak permukaan batuan (stalagmite) yang tinggi rendah nya tidak sama. Untuk memecah kegelapan di dalam goa kita bisa menggunakan alat flish light. Yang pasti menelusuri goa ini memberikan pengalaman luar biasa yang belum pernah aku alami sebelumnya.
Sekitar jam 11.20 kami lanjutkan perjalanan kembali ke homestay untuk mandi, makan siang dan berkemas lalu check-out serta bersiap kembali ke Jakarta. Trip Sawarna sudah selesai, banyak pengalaman dan kenangan berharga dalam trip ini.
Komentar
Posting Komentar