MENGINTIP KEINDAHAN & KEUNIKAN ALAM SUMATERA BARAT (2D1N Trip) “Dengan Budget Rp.2jt an (start from Jakarta)”

Second Day Adventure in West Sumatera
Sengaja hari ini kami niatkan untuk bangun pagi dan setelah subuh kami kembali pergi ke Jam Gadang. Ingin merasakan segarnya udara pagi Bukit Tinggi dan melihat Jam Gadang di waktu terang. Ternyata di pagi haripun lokasi ini sudah cukup ramai pengunjung. Mungkin juga karena hari libur, jadi banyak orang yang sengaja meluangkan waktu untuk bersantai dan olah raga ringan disini.  Memang tak salah kami memutuskan untuk ke Sumbar mengisi lembar short trip kami. Menyempatkan pergi di sela waktu kesibukan kerja. Banyak hal menyenangkan yang kami temukan disini.


Jalan santai di pagi hari, merasakan kesegaran udara pagi, melihat kabut di pegunungan yang hal tersebut pun bisa kami lihat dari balkon hotel tempat kami menginap. Rasa syukur atas nikmat Allah semakin besar.




Jam 06.45 supir menjemput kami di hotel. Check-out hotel dan siap untuk adventure di hari kedua trip Sumbar. Jalanan masih sepi, masih terlalu pagi mungkin. Hari libur biasa orang mulai keluar ke jalanan di atas jam 8 pagi.

Bukittinggi terkenal sebagai sebuah kota dataran tinggi yang memiliki udara sejuk dan alam nya dikelilingi oleh kontur yang berbukit-bukit. Selain itu kondisi lahan di Bukittinggi juga cukup subur serta memiliki panorama alam yang sangat indah hampir di seluruh penjuru, sehingga menjadi daya tarik bagi sektor pariwisata. Salah satu contoh keindahan tersebut adalah panorama bentangan alam di sekitar Ngarai Sianok.

Kebetulan pula lokasi hanya 20 menit dari hotel tempat kami menginap. Kalau pernah melihat mata uang rupiah di tahun 90’an Ngarai Sianok ini digunakan sebagai picture uang seribu rupiah. 


Karena keindahannya Ngarai Sianok juga masuk ke dalam daftar 10 lembah terindah di Indonesia. Tidak terlalu jauh dari gerbang utama dan loket pembelian tiket, kami bisa melihat keindahan Ngarai Sianok. Harga tiket retribusi juga sangat murah (hanya Rp.6000,-/org).


Ngarai Sianok merupakan sebuah lembah sempit yang dikelilingi oleh bukit-bukit bertebing curam yang dihiasi dengan aliran sungai kecil ditengahnya. Kontur Lembah Sianok terbentuk karena proses turunnya sebagian lempengan bumi, sehingga menimbulkan patahan berwujud jurang yang curam dan membentang sejauh 15 km dari sisi selatan Nagari Koto Gadang hingga Nagari Sianok Enam Suku, dengan kedalaman tebing mencapai 100 meter dan lebar celah sekitar 200 meter.
Ngarai Sianok merupakan bukti real paling jelas dari aktivitas pergerakan lempeng bumi (tektonik) di Pulau Sumatera ini. Proses terbentuknya patahan ini menghasilkan kawasan yang subur dengan panorama indah.


Dari gate masuk ada jalan menuju ke area menara pandang untuk melihat ngarai sianok dari ketinggian sehingga bisa mendapatkan pandangan yang lebih luas.
Jam 08.40 petualangan kami lanjutkan ke Lobang Jepang, hanya 10 menit perjalanan dengan berjalan kaki dari lokasi kami di Ngarai Sianok. Kami membeli tiket di loket dengan harga Rp.8.000,-/org
Dengan dipandu seorang guide dengan tarif “Rp.60.000/sekali jalan” khusus untuk menemani kami menelusuri (supaya tidak salah jalan menuju ke pintu keluar di seberang ujung) dan sekaligus bisa sambil menceritakan history goa jepang dalam tiap sudut yang kami lalui. 


Pertama tiba di depan pintu akses masuk ke Goa Jepang kami saya membaca beberapa tulisan-tulisan dan picture yang memperlihatkan denah dan sejarah singkat dibuatnya Goa Jepang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Lobang Jepang. 
Sudah ribuan orang tewas untuk membangun Lobang Jepang ini (mereka dipaksa kerja dengan siksaan dan supply makanan yang sangat minim). Lubang ini dibuat oleh Jepang pada masa penjajah dulu, "jelas guide yang menghantarkan kami berkeliling”.


Lobang tersebut di buat atas instruksi Letjen Moritake Tanabe Panglima Divisi ke 25 Angkatan Darat Balatentara Jepang. Lubang yang digunakan sebagai tempat perlindungan tersebut, kabarnya mampu menahan letusan bom seberat 500 kg. Konstruksi lubang ini dikerjakan dalam tempo waktu selama kurang lebih 3 tahun dengan kedalaman mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah.
Lobang Jepang di Bukittinggi merupakan salah satu lubang yang terpanjang di Asia mencapai lebih dari 6 kilometer dan beberapa pintu dapat tembus di kawasan Ngarai Sianok, Jam gadang yang letaknya di samping Istana Bung Hatta, serta  di Benteng Fort De Kock yang masuk wilayah Zoo Bukittinggi.


Untuk membangun lubang ini, Jepang mempekerjakan secara paksa orang-orang yang berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tidak ada orang asal Bukittinggi yang mengerjakan lubang ini dikarenakan untuk menjaga kerahasiaan. Sedangkan penduduk Bukittinggi sebagian dikirim ke wilayah lain seperti Bandung dan Pulau Biak.
Pertama kali pada awal tahun 1950, pintu Lobang Jepang hanya 20 cm dengan kedalaman 64 meter. Dan setelah dikelola untuk dijadikan objek wisata umum oleh pemerintahan setempat pada tahun 1984, mulut lubang tersebut dibuat lebih nyaman untuk dilalui. Tetapi saat ini permukaan dinding telah ditutup semen dan di bagian dalam juga banyak divariasikan untuk memasang panel listrik sehingga kehilangan bentuk aslinya. Kalau aslinya dahulu permukaan lubang tidak ada struktur semen sama sekali, murni hanya galian tanah keras.


Lobang Jepang yang dibuka untuk umum (wisatawan) hanya sekitar 1,3 kilometer sehingga untuk sampai di ujung jalan hanya membutuhkan ±20 menit. Sedangkan lubang yang mengarah ke Ngarai diberi pintu besi teralis. Ada 21 lorong kecil yang fungsinya bermacam-macam diantaranya adalah sebagai pintu pelarian, ruang amunisi, ruang pertemuan, dapur, penjara, dan lain-lain. Namun yang guide kami info paling horror yaitu ruang dapur. Dahulunya ruang dapur ini difungsikan untuk memotong-motong tahanan yang sudah tewas lalu dibuang melalui lubang air ke bawah.

Selanjutnya mobil kami bergerak ke Benteng Fort De Kock di JL.Yos SUdarso Benteng Panjang. Tak begitu jauh juga dari Lobang Jepang, hanya 15 menitan kami sudah tiba di gerbang utama tempat keberadaan Benteng Fort De Kock (benteng peninggalan Belanda). Harga tiket untuk masuk ke kawasan inipun sangat terjangkau, hanya Rp.8.000,- saja per orang. Sejarahnya benteng ini di dirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Merkus de Kock saat menjadi Komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jendral Hindia Belanda. Inilah yang menjadi dasar penamaan benteng tersebut.



Dari lokasi Benteng Fort De Kock kami berjalan ke Taman Budaya Kinantan. Taman ini di dirikan sekitar tahun 1900 atas ide dari seorang controleur pemerintah HIndia Belanda yang bertugas di Benteng Fort De Kock yang bernama Gravenzanden. Pendiri tersebut terkesan dengan keindahan panorama di bukit Malambuang atau yang kita kenal dengan sebutan Cubadak Bungkuak, letaknya di seberang Bukit Jirek yaitu tempat berdirinya Benteng Fork De Kock.

Dari Taman Budaya Kinantan kami menuruni jalan berkontur ke arah Limpapeh Bridge. Jembatan ini menghubungkan antara area Benteng Fort De Kock dengan Kebun Raya Bukit Tinggi yang melintas di atas antara dua ruas jalan raya. 



Jembatan ini di bangun pada tahun 1955 dengan warna dominan merah dan kuning serta memiliki atap berbentuk rumah minang. Sekilas jembatan ini tidak memiliki daya Tarik khusus, tetapi jika kita menyeberangi nya maka ada adrenalin yang tertantang karena agak bergetar dimana landasan jembatan ini terbuat dari kayu. Dari jembatan ini kita juga bisa melihat pemandangan Kota Bukittinggi yang dikelilingi perbukitan dan gunung berapi.



Jam 10.20 kami melanjutkan rute ke Istana Pagaruyung yang berlokasi di kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Dalam perjalanan kami sempat mampir sebentar di toko oleh-oleh khas Sumbar. Pagaruyung adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatera Barat. Istano Basa Pagaruyung pernah diruntuhkan di tahun 1837 (pada saat perang) dan pernah terbakar di tahun 1968 serta di tahun 2007 terbakar kembali akibat petir yang menyambar bagian puncak istana. Akibatnya bangunan ini habis terbakar dan hanya berkisar 15% saja barang yang terdapat di dalam istana bisa selamat. 



Harga tiket untuk masuk istana hanya Rp.5000,-/orang, sedangkan jika ingin berfoto dnegan mengenakan baju adat minang, kita dapat sewa dengan tariff Rp.35.000,-. 


Dibagian halaman belakang istana bisa menembus kearah persawahan yang hijau dengan background perbukitan yang menjulang tinggi. Sungguh indah pemandangan yang kita lihat di area sekitar istana. Tanpa ragupun saya turun dari pintu belakang istana, menelusuri jalanan di tengah padi-padi yang masih hijau. 


Selesai berkeliling kami makan siang di seberang lokasi Istana Paguruyung. Tentunya saya memilih menu nasi padang (rasa masakan padang di Sumbar lebih enak dibanding di daerah lain “tentunya karena masakan di tempat asalnya, lebih original rasanya dan lebih terasa bumbu-bumbu rempahnya). Selesai makan siang, perjalanan lanjut turun ke Danau Singkarak (perjalanan yang harus kami tempuh sekitar 1 jam).

Di Sumbar banyak terdapat danau yang terbentuk akibat letusan Gunung berapi dan pergeseran lempeng bumi, salah satunya yaitu Danau Siangkarak yang merupakan danau terbesar di Sumatera Barat sekaligus terbesar ke dua di Sumatera (danau terbesar pertama adalah danau Toba di Sumatera utara). 


Danau ini memiliki pemadangan yang luar biasa, bukan hanya airnya yang jernih kebiruan, tetapi juga di kelilingi oleh perbukitan hijau yang membentang luas serta terletak di pinggir jalan utama.
Danau Singkarak terbentang mulai dari wilayah administratif Solok dan Tanah Datar dengan luas 107,8 km²  (sekitar 1000 hektar), memiliki kedalaman 268 meter dan berada di ketinggian 363,5 meter di atas permukaan laut yang mejadikan udara di sekitar danau terasa sejuk dan banyak angin berhembus. Danau ini termasuk dalam jenis danau tektonik karena terbentuk akibat pergeseran lempeng bumi di bawah tanah.

Di Danau Singkarak juga rutin diadakan event Tour de Singkarak, yaitu sebuah event balap sepeda tingkat internasional yang berlangsung tiap setahun sekali (pertama kali diadakan pada tahun 2009). Untuk tahun 2017 ini Tour De SIngkarak diadakan pada 10-18 Oktober 2017.



Tour de Singkarak juga digunakan sebagai pengenalan keanekaragaman budaya serta keindahan panorama alam Sumbar karena di sepanjang rute peserta dapat melihat keberagaman budaya Minang dan keindahan alam Sumbar yang tak perlu diragukan lagi.

Sekitar jam 13.40 perjalanan kami lanjutkan untuk menuju ke Panorama Sitinjau Lauik. Lumayan agak jauh (butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk tiba di Sitinjau Lauik).
Panorama Sitinjau Lauik ini merupakan tempat wisata di Sumbar yang cocok untuk kita yang suka dengan hawa sejuk, udara bersih dan pemandangan kota Padang yang mengagumkan dari dataran tinggi. Belum banyak wisatawan yang mengetahui objek wisata ini. Disini selian kita bisa melihat pemandangan kota dari ketinggian, kita juga bisa menghirup udara bersih untuk memberikan energy baru. Sitinjau Lauik kurang lebih memiliki ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Setelah melalui perjalanan yang terjal dan menanjak kita akan bertemu dengan pos pengamatan pertama, (terdapat dua pos pengamatan di sini). Pos 1 lokasinya tidak terlalu tinggi sehingga kita belum bisa melihat panorama kota Padang. Tetapi di pos tersebut sudah bisa menikmai pemandangan perbukitan dengan udara yang cukup sejuk. 


Untuk mendapatkan view panorama kota Padang kita harus ke pos 2 yang ditandai dengan adanya gazebo berbentuk atap khas rumah adat Minang. Hanya sekitar 30 menit kami berhenti disitu, sambil meneguk secangkir kopi di warung dekat pos karena kami masih harus melanjutkan perjalanan ke Pantai Air Manis Batu Malin.


Salah satu objek wisata yang terkenal di Kota Padang adalah Pantai Air Manis Batu Malin. Pantai ini terletak di Kecamatan Teluk Kabung, Kabupaten Padang, Sumbar dengan jarak sekitar lima belas kilometer dari pusat kota Padang, sedangkan kami bergerak start dari Panorama Sitinjau Lauik (dengan waktu tempuh sekitar satu jam melalui jalan menurun dan tanjakan serta belokan-belokan yang cukup berat). Tetapi cukup worth-it karena di perjalanan kami dapat sambil melihat panorama alam yang membuat mata ini tak dapat terpejam.


Ombak di pantai Air Manis tidak terlalu tinggi sehingga pantai ini menjadi salah satu obyek wisata populer bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Tempat ini jadi destinasi wisata populer juga karena ada kisah Malin Kundang si anak durhaka yang melegenda. Pengunjung bisa melihat secara langsung penampakan batu Malin Kundang yang terkenal itu. 

Malin Kundang merupakan tokoh legenda dari Sumbar, seorang anak yang durhaka kepada ibunya, sehingga Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Di tepi pantai dapat kita lihat batu Malin Kundang dan perlengkapan kapalnya yang telah menjadi batu. 
Jam 16.15 kami bergegas kembali menuju ke mobil. Sebelum hari menjadi gelap kami ingin bisa melintas di Jembatan Siti Nurbaya, ke Pantai Padang sekaligus ke Taman Muaro dan Monumen Merpati Perdamaian.


Letak Jembatan Siti Nurbaya tak begitu jauh dari sini, hanya berkisar 20 menit saja kami sudah dapat melihat melintasi jembatan tersebut. Karena keterbatasan waktu, kami tidak berhenti di jembatan ini, hanya menepi melihat dari dalam mobil saja. Jembatan ini merupakan salah satu icon kota Padang.

Asal usul nama jembatan siti nurbaya adalah dari fungsi jembatan ini yang merupakan penghubung kawasan Kota Tua Padang di Berok Nipah dengan kaki Gunung Padang di seberangnya. Menurut novel Siti Nurbaya, Gunung Padang merupakan bukit di tepi pantai dimana Siti Nurbaya pertama kali bertemu dengan kekasihnya Samsul Bahri dan disitu juga mereka dimakamkan. Panjang total jembatan mulai dari kaki jembatan di jalan Nipah sampai dengan jalan Batang Arau adalah 600 meter. 
Pantai Padang berlokasi di pusat kota Padang (hanya sekitar 10 menit dari Jembatan Siti Nurbaya kita dapat menemukan bentangan luas Pantai Padang). Pantai Padang, banyak dikenal juga dengan sebutan Taplau (Tapi Lauik).


Karena lokasi pantai ini sangat mudah untuk dicapai (terletak di tepi jalan besar kota Padang), maka tempat ini selalu dipadati oleh warga kota Padang maupun wisatawan yang berkunjung ke Padang. Kita dapat menikmati sunset di tepi pantai ini sambil merasakan hembusan angin pantai di sore hari menantai terang berubah menjadi gelap. Pantai Padang memiliki garis pantai yang panjang, di salah satu sisinya memiliki background laut yang dilengkapi dengan sebuah bukit (Gunung Padang).

Disepanjang pantai terdapat warung-warung tenda yang berjejer di tepi pantai, terutama di depan Taman Budaya. Kita bisa menikmati minuman dingin ataupun es kelapa muda sambil makan kacang rebus, rujak khas Padang, pisang ataupun jagung bakar.

Masih di sekitar kawasan pantai Padang, terdapat Taman Muaro Lasak yang lokasi nya di dekat arah jembatan Purus. Di sebelah kiri ruas jalan akan terlihat tulisan “Taman Muara Lasak”. Tugu serta latar nama Taman Muaro Lasak merupakan spot favorit bagi pengunjung yang ingin berfoto. Terdapat juga petunjuk arah yang unik, yang bertuliskan jarak kota Padang ke beberapa Negara-negara besar di dunia seperti Australia, India, Sri Lanka, Malaysia, Oman, dan lain-lain. Cukup menarik dan kreatif sign board petunjuk arah ini dan memikat banyak pengunjung.


Berjarak 5 menit dengan berjalan kaki kita dapat juga melihat “Tugu Merpati Perdamaian” yang diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 12 April 2016. Peresmian monumen ini merupakan bagian dari latihan maritim berbagai negara yang digagas TNI Angkatan Laut. Tinggi monumen Merpati Perdamaian delapan meter dan terbuat dari metal.



Jam 18.40 kami harus segera merapat ke Minangkabau Airport, jadwal pesawat kami untuk kembali ke Jakarta jam 20.40 WIB.

Senang, puas dan menyenangkan bisa berkunjung ke Sumbar, walau hanya dalam waktu sangat singkat, tetapi kami bisa mengunjungi 19 objek wisata (6 di hari pertama dan 13 di hari kedua). Jika kita ingin melakukan trip perjalanan tak harus meluangkan waktu lama dan biaya yang besar. Dengan kreatifitas mengatur itinerary untuk menentukan rute ter efisien, kita bisa berhemat waktu dan biaya. Selamat mencoba untuk Trip Sumbar. Semoga cerita singkat saya dapat memberikan reverensi yang berguna bagi yang ingin berwisata ke Sumatera Barat.

Note : Untuk Objek Wisata yang tidak saya tulis tarif tiket masuknya, maka biaya ke objek wisata free tanpa retribusi tiket (hanya membayar parkir mobil saja).

Komentar

  1. wah kelihatannya menarik nih wisata di Padang. semoga bisa menikmati alam di Padang

    BalasHapus
  2. Yup. Alam Indonesia memang indah. Banyak hal unik di Sumatra Barat yg bisa kita temukan. Dan budget utk ksana tak harus banyak krn kita bisa backpacker menginap di hotel bukittinggi hanya 200rb an per malam kondisi hotel sdh ckp nyaman & hanya 10 mnt jalan kaki dr Jam Gadang

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Romantic night on the cruise - Istanbul Turkey

Autumn in Istanbul - Turkey, first day

First Day. Exploration Tokyo, Mt.Fuji and Disney for 4 days with budget Rp.8jt an (All in)